Senin, 22 April 2013

Andai Ah... Ah... Ah... Aku Jadi Orang Kaya

Didalam diriku ini selalu ada keinginan jadi orang kaya. Kalau kaya rasanya bisa melakukan apa-apa lebih mudah. Bukan dalam hal negatif sih. Dalam pemikiranku, kalau aku kaya, lebih gampang membahagiakan orangtua, lebih gampang membantu orang lain, pokoknya lebih gampang semuanya. Lalu terbersit lagi, aku tuh kalo kaya mau bikin orang senang, mau bisnis ini itu, jadi membantu orang juga dalam lapangan pekerjaan. Tapi Tuhan kok belum memberikan kekayaan padaku ya?

Walaupun ingin jadi orang kaya, bukan berarti aku tidak bersyukur. Puji Tuhan, Tuhan beberapa bulan terakhir memberi pencerahan padaku. Aku diberikan nikmat hidup dalam kebahagiaan. Aku tetap dibiarkan menghadapi cobaan, menderita sakit, puyeng urusan bisnis, dan lainnya, tapi Tuhan memberikanku anugrah untuk tetap bersyukur dan menerima apapun yang tengah terjadi. Sehingga bisa melalui semuanya dengan bahagia. Bisa dibilang frekuensi marahku yang tadinya 9,9 turun ke skala 4 (tapi aku masih suka gemes kalo ada murid yang ga ngeh-ngeh udah gimanapun mengajarinya). Ketika aku udah gak marah-marah lagi, hidup ini terasa lebih mudah. Aku juga sangat bersyukur punya keluarga yang selalu ada untuk setiap keadaan. Yang terus berusaha mengerti akan keputusan-keputusan yang kuambil, walau mungkin tidak sesuai dihati mereka. Mereka sangat menghormati dan menghargai apa yang aku lakukan. Aku sangat berterima-kasih sekali untuk itu.

Kalau sudah menerima semua itu dan masih ingin kaya, itu termasuk maruk gak ya? Karena banyak sekali orang yang hidup dengan kepala menengadah keatas terlalu sering sampai tidak bisa melihat kebawah lagi. Ada orang yang cuma melihat kedalam diri sehingga tidak ada henti-hentinnya mengasihani diri. Ada lagi orang yang merasa memiliki segalanya tanpa punya apa-apa. Sementara aku, dimata beberapa orang orang adalah sosok yang tangguh dan hebat, karena bisa mempunyai bisnis, mempekerjakan beberapa orang, melakukan pekerjaan mulia (baca: guru). Beberapa orang bilang mereka kagum denganku. Tapi jujur saja semua anggapan mereka tidak pernah memuaskanku dan tidak sedikitpun menaikkan telingaku, karena aku merasa aku belum cukup kaya untuk membahagiakan orangtuaku, membantu orang lain dan lainnya. Aku justru merasa malu kalau harus bertemu dengan teman-teman lama. Rasanya seperti langit dan bumi. Mereka semua sepertinya sudah hidup mentereng atau sudah menikah, sementara aku masih mikir-mikir kapan punya modal buat DP rumah, kalau masalah jodoh, jangan ditanya.

Lalu didalam hati aku bertanya lagi, memangnya kalo aku udah kaya, orangtuaku bakal bahagia? Bener gak bakal bantu orang-orang? Atau malah terlena hidup dengan lembaran kertas-kertas bernama uang? Mudah-mudahan sih ya, orangtuaku bakal bahagia, mudah-mudahan orang-orang jadi terbantu. Mudah-mudahan aku juga bisa tambah bahagia.

Aku jadi penasaran dengan diriku yang sudah kaya, jadi Tuhan, ayo dong bikin aku jadi kaya.........  

3 komentar: