Cherlyn adalah keponakanku yang sanggup bikin aku keleper-keleper gak karuan. Nama lengkapnya Cherlyn Rivania Purba. To be honest ya, sebenarnya aku baru jelas juga nih nama keponakanku sebenarnya siapa. Suatu hari sebelum Cherlyn lahir, mamanya mengkonsepkan kalau namanya adalah Cherlynn (it's with double N). Terus kutanya abang, "Bang, nama anakmu siapa sih?". Namanya Cherlyn (there is only one N, in case you can't see the difference). Oke, lahirlah Cherlyn, supaya gak ambigu mananya kita sebut saja Cherlyn ini sebagai Hui Ling. Well, it's the third name of her. Hui Ling itu nama mandarinnya, yang mana nama tersebut diberikan oleh abangnya kakeknya Cherlyn, gampangnya, nama Hui Ling dihibahkan oleh pamanku.
Setelah lahir kita panggillah dia dengan mana Cherlynn, when Cherlynn was nine or ten months, kakak tanya sama mamanya Cherlynn, "sebenarnya nama Cherlynn ini siapa sih?" "Namanya Cherlyn", kata mamanya. "N-nya satu", tambahnya. "Dulu kau bilang N-nya dua", balas papanya dengan nada sok sebal gimana gitu. Okelah kataku dalam hati. Cherlyn, ini terakhir kali kau berganti nama. Cop cin ya! (ini kata yang biasa disebut anak-anak di Berastagi kalau mengesahkan sesuatu).
What is so unique about her?
Giginya mulai tumbuh di usia empat bulan, sepupuku udah tumbuh gigi waktu lahir.
Dia udah mulai merangkak di usia sepuluh bulan, aku udah jalan waktu sembilan bulan.
Errr........
Dia malas merangkak apalagi ditatah, kalau makan suka dilepeh, kalau merajuk suka monyongin bibir, kalau ngantuk kelopak kanannya bakal membengkak. Kalau udah ngantuk banget, harus digoyang dombret baru mau tidur (ini bikin pinggangku rasanya patah berkeping-keping). Kalau dengar lagu nge-beat suka joget gak karuan. Hobinya kebentur apa aja, mulai dari kepala tempat tidur sampe meja. Kalau ditunjukin kompeng tatapan matanya udah kayak orang sakau yang dikasih shabu-shabu gratisan. Kalau gak ngeliat papanya bakal nyebut-nyebut papa-papa-papa (sampai mengigau), tapi kalau gak ngeliat mamanya dia cuek aja. Kalau makan sukanya barengan sama anjing tetangga, eh, maksudnya dia makan sambil ngeliatin tuh anjing. Terus paling gak suka ditinggal sendirian, kemana-mana, ngapa-ngapain harus ditemenin, dasar BTT! Kalau panggil mama sebutnya mama, kalau panggil papa sebutnya papa, kalau panggil yeye (kakek) panggilanya tete, kalau panggil anak tetangga tata (kakak), kalau panggil Cie cie (kakak) sebutnya cece, tapi sampe sekarang belum bisa juga panggil kuku.... ughhhh..... susah-susah diajarin masih gak bisa aja.
Yang paling bikin gak nahan tuh ya, kalau dia bangun tidur terus langsung kasih senyuman beracunnya, saking beracun aku jadi lupa sama hal-hal yang nge-BT-in. Terus kalau mau tidur dia bakal panjat-panjatin badan kita (mendaki badan Kuku serasa mendaki Mt. Everest ya, Nak?). Ngeliatin gaya jogetnya yang aduhai tiap aku nyanyiin lagu playboy kesukaannya bikin aku rela jadi penari dangdut paling norak sedunia. Liat keseriusannya setiap mengoyak-ngoyak kertas tisu seolah-olah itu paper yang gagal dikerjakannya dengan sempurna. Jentikan jari-jari mungilnya setiap memanggil anjing tetangga. Sok-nya dia saat diajak salaman oleh orang tak dikenal. Dan berjuta hal lainnya.
Yang paling bikin terharu adalah, tiap diajarin suatu keterampilan baru dan aku adalah orang pertama yang melihat kemampuannya. Mengantarnya ke salon untuk pertama kali, potongan rambutnya bikin dia keliatan hmmm.... beda. Menidurkannya dan kemudian dia memelukku dalam tidurnya. Melihatnya menawarkan makanannya kepadaku (sumpah, makanannya gak ada yang bener, rasanya dan kandungan gizinya gak bener, soalnya udah di-ilerin semua). Melihatnya berdiri untuk pertama kalinya (waktu kukonfirmasi sama papanya, ternyata aku adalah orang kedua setelah papanya yang melihatnya berdiri, syukurlah... FYI : mamanya belum pernah lihat dia berdiri). Melihat dia menjulurkan tangannya padaku dan memanggilku ......... mama.............
Oalah Nak.... Nak..... aku bukan emakmu.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar